Try Out SNBT 2025 Literasi Bahasa Indonesia 8

35

Try Out SNBT 2025 Literasi Bahasa Indonesia 8

Ada 20 soal dengan waktu 27 menit. Kerjakan dengan jujur karena ini bagian dari evaluasi.

The number of attempts remaining is 3

Isi dulu data diri yaah

1 / 20

BACAAN 1
Dua unggulan dunia bertanding, dan tidak kalah seru dari pertandingan tinju, event ini diliputi besar-besaran oleh medis elektronik nasional. Bahkan sponsornya, Intel Corp, mengembangkan situs web yang memungkinkan peminat mengamati pertandingan langsung melalui internet. Empat kali seminggu, sekitar dua ratus penonton duduk pada dereran kursi-kursi plastik, di dalam ruang setinggi awan, lantai ke-107 di puncak. Word Trade Center New York . Penonton kadangkadang terpukau penuh perhatian, mengikuti komentator yang fasih, Maurice Ashley, menganalisis langkah mengejutkan yang diambil Anand. Master internasional yang orang Amerika berkulit hitam ini, memandu penonton melewati setiap pertandingan menggunakan insight seorang pecatur ulung dan dengan entusiasme pandangan mata sepakbola. Meskipun ada juga penjual minuman, taruhan, dan undian bagi penonton, suasan tontonan yang satu ini lebih reflektif daripada bersorak-sorai. Pertandingan catur memang bukan untuk ditonton, melainkan diamati dan dianalis.

Di dalam “ring” kaca itu sendiri suasana hening, penuh konsentrasi. Kasparov, 32 tahun, tampak lebih seperti petinju daripada intelektual kelas berat. Rambutnya yang dipotong cepak bertabur uban, menjual pigura wajah persegi yang keras lugas. Merunduk seperti benteng menghadapi matador, kepalanya nyaris di atas atas papan catur. Ia merenungi langkah demi langkah dengan penuh perhitungan. Bernaung di bawah alis dan keningnya yang menjorok ke depan, matanya yang tajam memancarkan pandangan yang mirip sinar laser yang sekan-akan dapat melelehkan bidak-bidak Anand. Sebaliknya, Anand si penantang, 25 tahun, bertopang dagu dan berkaca mata, tampak seperti akuntan yang lagi kerja keras mempelajari dengan jeli kolom-kolom perhitungan yang rumit.

Kasparov memasuki turnamen sebagai unggulan favorit. Namun demikian lambat laun terbukti ia tidak dapat segera menumbangkan lawannya seperti yang dilakukan terhadap Nigel Short tahun 1993 dulu. Ia danAnand melampaui rekor delapan kali berturut- turut bermain seri. Kedua pemain bermain konservatif sejak awal turnamen mungkin dampak daya pikat satu juta dolar bagi pemenang. “permainan Anand lain daripada biasanya, yang gancar dengan serangan. Kali ini ia sangat hati- hati,” komentar salah satu grand master. Anand mematahkan rangkaian seri pada langkah ke-27, membuat kasparov bertekuk lutut setelah mengorbankan satu benteng untuk satu kuda. KemenanganAnand merupakan perkembangan yang menggairahkan bagi para pendukungnya, yang tadinya mimpi pun tidak. Peringkat unggulan dalam catur selama ini didominasi Negara yang dulu disebut Uni Soviet. Dari dua belas juara dunia, Anand adalah satusatunya yang lahir di luar Blok Timur. Jadi kalah atau menang, bertahan pada babak ke- sembilan merupakan prestasi yang menggetarkan. Di India, unggulnya Anand membangkitkan kembali dunia catur di negeri yang mungkin tempat kelahirannya 2.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini di Madras diadakan pertandingan catur siswa-siswa sekolah yang biasanya pesertanya sekitar dua puluhan, kali ini mencapai 600 siswa.

Bagi Anand, dorongan untuk menang jauh lebih besar daripada Kasparov. Bagi Kasparov, taruhannya hanyalah satu juta dolar, sedang bagi Anand, segala-galanya, termasuk hidupnya. Bagi Kasparov menang kalah tidak menjadi soal, karena ia telah memenangkan sesuatu yang lain. Kemilau dan gemerlap kejuaraan, yang merupakan cerminan kepribadian Kasparov, mendatangkan nilai komersial baginya. Seperti pahlawan sport yang lain, ketenarannya mendatangkan rejeki, label namanya tertempel sebagai merek komputer catur.
21. Apa peran MauriceAshley? Seorang

2 / 20

BACAAN 1
Dua unggulan dunia bertanding, dan tidak kalah seru dari pertandingan tinju, event ini diliputi besar-besaran oleh medis elektronik nasional. Bahkan sponsornya, Intel Corp, mengembangkan situs web yang memungkinkan peminat mengamati pertandingan langsung melalui internet. Empat kali seminggu, sekitar dua ratus penonton duduk pada dereran kursi-kursi plastik, di dalam ruang setinggi awan, lantai ke-107 di puncak. Word Trade Center New York . Penonton kadangkadang terpukau penuh perhatian, mengikuti komentator yang fasih, Maurice Ashley, menganalisis langkah mengejutkan yang diambil Anand. Master internasional yang orang Amerika berkulit hitam ini, memandu penonton melewati setiap pertandingan menggunakan insight seorang pecatur ulung dan dengan entusiasme pandangan mata sepakbola. Meskipun ada juga penjual minuman, taruhan, dan undian bagi penonton, suasan tontonan yang satu ini lebih reflektif daripada bersorak-sorai. Pertandingan catur memang bukan untuk ditonton, melainkan diamati dan dianalis.

Di dalam “ring” kaca itu sendiri suasana hening, penuh konsentrasi. Kasparov, 32 tahun, tampak lebih seperti petinju daripada intelektual kelas berat. Rambutnya yang dipotong cepak bertabur uban, menjual pigura wajah persegi yang keras lugas. Merunduk seperti benteng menghadapi matador, kepalanya nyaris di atas atas papan catur. Ia merenungi langkah demi langkah dengan penuh perhitungan. Bernaung di bawah alis dan keningnya yang menjorok ke depan, matanya yang tajam memancarkan pandangan yang mirip sinar laser yang sekan-akan dapat melelehkan bidak-bidak Anand. Sebaliknya, Anand si penantang, 25 tahun, bertopang dagu dan berkaca mata, tampak seperti akuntan yang lagi kerja keras mempelajari dengan jeli kolom-kolom perhitungan yang rumit.

Kasparov memasuki turnamen sebagai unggulan favorit. Namun demikian lambat laun terbukti ia tidak dapat segera menumbangkan lawannya seperti yang dilakukan terhadap Nigel Short tahun 1993 dulu. Ia danAnand melampaui rekor delapan kali berturut- turut bermain seri. Kedua pemain bermain konservatif sejak awal turnamen mungkin dampak daya pikat satu juta dolar bagi pemenang. “permainan Anand lain daripada biasanya, yang gancar dengan serangan. Kali ini ia sangat hati- hati,” komentar salah satu grand master. Anand mematahkan rangkaian seri pada langkah ke-27, membuat kasparov bertekuk lutut setelah mengorbankan satu benteng untuk satu kuda. KemenanganAnand merupakan perkembangan yang menggairahkan bagi para pendukungnya, yang tadinya mimpi pun tidak. Peringkat unggulan dalam catur selama ini didominasi Negara yang dulu disebut Uni Soviet. Dari dua belas juara dunia, Anand adalah satusatunya yang lahir di luar Blok Timur. Jadi kalah atau menang, bertahan pada babak ke- sembilan merupakan prestasi yang menggetarkan. Di India, unggulnya Anand membangkitkan kembali dunia catur di negeri yang mungkin tempat kelahirannya 2.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini di Madras diadakan pertandingan catur siswa-siswa sekolah yang biasanya pesertanya sekitar dua puluhan, kali ini mencapai 600 siswa.

Bagi Anand, dorongan untuk menang jauh lebih besar daripada Kasparov. Bagi Kasparov, taruhannya hanyalah satu juta dolar, sedang bagi Anand, segala-galanya, termasuk hidupnya. Bagi Kasparov menang kalah tidak menjadi soal, karena ia telah memenangkan sesuatu yang lain. Kemilau dan gemerlap kejuaraan, yang merupakan cerminan kepribadian Kasparov, mendatangkan nilai komersial baginya. Seperti pahlawan sport yang lain, ketenarannya mendatangkan rejeki, label namanya tertempel sebagai merek komputer catur.
22. Pada babak ke berapaAnand menghabisi lawannya?

3 / 20

BACAAN 1
Dua unggulan dunia bertanding, dan tidak kalah seru dari pertandingan tinju, event ini diliputi besar-besaran oleh medis elektronik nasional. Bahkan sponsornya, Intel Corp, mengembangkan situs web yang memungkinkan peminat mengamati pertandingan langsung melalui internet. Empat kali seminggu, sekitar dua ratus penonton duduk pada dereran kursi-kursi plastik, di dalam ruang setinggi awan, lantai ke-107 di puncak. Word Trade Center New York . Penonton kadangkadang terpukau penuh perhatian, mengikuti komentator yang fasih, Maurice Ashley, menganalisis langkah mengejutkan yang diambil Anand. Master internasional yang orang Amerika berkulit hitam ini, memandu penonton melewati setiap pertandingan menggunakan insight seorang pecatur ulung dan dengan entusiasme pandangan mata sepakbola. Meskipun ada juga penjual minuman, taruhan, dan undian bagi penonton, suasan tontonan yang satu ini lebih reflektif daripada bersorak-sorai. Pertandingan catur memang bukan untuk ditonton, melainkan diamati dan dianalis.

Di dalam “ring” kaca itu sendiri suasana hening, penuh konsentrasi. Kasparov, 32 tahun, tampak lebih seperti petinju daripada intelektual kelas berat. Rambutnya yang dipotong cepak bertabur uban, menjual pigura wajah persegi yang keras lugas. Merunduk seperti benteng menghadapi matador, kepalanya nyaris di atas atas papan catur. Ia merenungi langkah demi langkah dengan penuh perhitungan. Bernaung di bawah alis dan keningnya yang menjorok ke depan, matanya yang tajam memancarkan pandangan yang mirip sinar laser yang sekan-akan dapat melelehkan bidak-bidak Anand. Sebaliknya, Anand si penantang, 25 tahun, bertopang dagu dan berkaca mata, tampak seperti akuntan yang lagi kerja keras mempelajari dengan jeli kolom-kolom perhitungan yang rumit.

Kasparov memasuki turnamen sebagai unggulan favorit. Namun demikian lambat laun terbukti ia tidak dapat segera menumbangkan lawannya seperti yang dilakukan terhadap Nigel Short tahun 1993 dulu. Ia danAnand melampaui rekor delapan kali berturut- turut bermain seri. Kedua pemain bermain konservatif sejak awal turnamen mungkin dampak daya pikat satu juta dolar bagi pemenang. “permainan Anand lain daripada biasanya, yang gancar dengan serangan. Kali ini ia sangat hati- hati,” komentar salah satu grand master. Anand mematahkan rangkaian seri pada langkah ke-27, membuat kasparov bertekuk lutut setelah mengorbankan satu benteng untuk satu kuda. KemenanganAnand merupakan perkembangan yang menggairahkan bagi para pendukungnya, yang tadinya mimpi pun tidak. Peringkat unggulan dalam catur selama ini didominasi Negara yang dulu disebut Uni Soviet. Dari dua belas juara dunia, Anand adalah satusatunya yang lahir di luar Blok Timur. Jadi kalah atau menang, bertahan pada babak ke- sembilan merupakan prestasi yang menggetarkan. Di India, unggulnya Anand membangkitkan kembali dunia catur di negeri yang mungkin tempat kelahirannya 2.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini di Madras diadakan pertandingan catur siswa-siswa sekolah yang biasanya pesertanya sekitar dua puluhan, kali ini mencapai 600 siswa.

Bagi Anand, dorongan untuk menang jauh lebih besar daripada Kasparov. Bagi Kasparov, taruhannya hanyalah satu juta dolar, sedang bagi Anand, segala-galanya, termasuk hidupnya. Bagi Kasparov menang kalah tidak menjadi soal, karena ia telah memenangkan sesuatu yang lain. Kemilau dan gemerlap kejuaraan, yang merupakan cerminan kepribadian Kasparov, mendatangkan nilai komersial baginya. Seperti pahlawan sport yang lain, ketenarannya mendatangkan rejeki, label namanya tertempel sebagai merek komputer catur.
23. Dimana turnamen dunia ini diadakan?

4 / 20

BACAAN 1
Dua unggulan dunia bertanding, dan tidak kalah seru dari pertandingan tinju, event ini diliputi besar-besaran oleh medis elektronik nasional. Bahkan sponsornya, Intel Corp, mengembangkan situs web yang memungkinkan peminat mengamati pertandingan langsung melalui internet. Empat kali seminggu, sekitar dua ratus penonton duduk pada dereran kursi-kursi plastik, di dalam ruang setinggi awan, lantai ke-107 di puncak. Word Trade Center New York . Penonton kadangkadang terpukau penuh perhatian, mengikuti komentator yang fasih, Maurice Ashley, menganalisis langkah mengejutkan yang diambil Anand. Master internasional yang orang Amerika berkulit hitam ini, memandu penonton melewati setiap pertandingan menggunakan insight seorang pecatur ulung dan dengan entusiasme pandangan mata sepakbola. Meskipun ada juga penjual minuman, taruhan, dan undian bagi penonton, suasan tontonan yang satu ini lebih reflektif daripada bersorak-sorai. Pertandingan catur memang bukan untuk ditonton, melainkan diamati dan dianalis.

Di dalam “ring” kaca itu sendiri suasana hening, penuh konsentrasi. Kasparov, 32 tahun, tampak lebih seperti petinju daripada intelektual kelas berat. Rambutnya yang dipotong cepak bertabur uban, menjual pigura wajah persegi yang keras lugas. Merunduk seperti benteng menghadapi matador, kepalanya nyaris di atas atas papan catur. Ia merenungi langkah demi langkah dengan penuh perhitungan. Bernaung di bawah alis dan keningnya yang menjorok ke depan, matanya yang tajam memancarkan pandangan yang mirip sinar laser yang sekan-akan dapat melelehkan bidak-bidak Anand. Sebaliknya, Anand si penantang, 25 tahun, bertopang dagu dan berkaca mata, tampak seperti akuntan yang lagi kerja keras mempelajari dengan jeli kolom-kolom perhitungan yang rumit.

Kasparov memasuki turnamen sebagai unggulan favorit. Namun demikian lambat laun terbukti ia tidak dapat segera menumbangkan lawannya seperti yang dilakukan terhadap Nigel Short tahun 1993 dulu. Ia danAnand melampaui rekor delapan kali berturut- turut bermain seri. Kedua pemain bermain konservatif sejak awal turnamen mungkin dampak daya pikat satu juta dolar bagi pemenang. “permainan Anand lain daripada biasanya, yang gancar dengan serangan. Kali ini ia sangat hati- hati,” komentar salah satu grand master. Anand mematahkan rangkaian seri pada langkah ke-27, membuat kasparov bertekuk lutut setelah mengorbankan satu benteng untuk satu kuda. KemenanganAnand merupakan perkembangan yang menggairahkan bagi para pendukungnya, yang tadinya mimpi pun tidak. Peringkat unggulan dalam catur selama ini didominasi Negara yang dulu disebut Uni Soviet. Dari dua belas juara dunia, Anand adalah satusatunya yang lahir di luar Blok Timur. Jadi kalah atau menang, bertahan pada babak ke- sembilan merupakan prestasi yang menggetarkan. Di India, unggulnya Anand membangkitkan kembali dunia catur di negeri yang mungkin tempat kelahirannya 2.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini di Madras diadakan pertandingan catur siswa-siswa sekolah yang biasanya pesertanya sekitar dua puluhan, kali ini mencapai 600 siswa.

Bagi Anand, dorongan untuk menang jauh lebih besar daripada Kasparov. Bagi Kasparov, taruhannya hanyalah satu juta dolar, sedang bagi Anand, segala-galanya, termasuk hidupnya. Bagi Kasparov menang kalah tidak menjadi soal, karena ia telah memenangkan sesuatu yang lain. Kemilau dan gemerlap kejuaraan, yang merupakan cerminan kepribadian Kasparov, mendatangkan nilai komersial baginya. Seperti pahlawan sport yang lain, ketenarannya mendatangkan rejeki, label namanya tertempel sebagai merek komputer catur.
24. Penulis menduga asal-usul permainan catur adalah dari negeri?

5 / 20

BACAAN 1
Dua unggulan dunia bertanding, dan tidak kalah seru dari pertandingan tinju, event ini diliputi besar-besaran oleh medis elektronik nasional. Bahkan sponsornya, Intel Corp, mengembangkan situs web yang memungkinkan peminat mengamati pertandingan langsung melalui internet. Empat kali seminggu, sekitar dua ratus penonton duduk pada dereran kursi-kursi plastik, di dalam ruang setinggi awan, lantai ke-107 di puncak. Word Trade Center New York . Penonton kadangkadang terpukau penuh perhatian, mengikuti komentator yang fasih, Maurice Ashley, menganalisis langkah mengejutkan yang diambil Anand. Master internasional yang orang Amerika berkulit hitam ini, memandu penonton melewati setiap pertandingan menggunakan insight seorang pecatur ulung dan dengan entusiasme pandangan mata sepakbola. Meskipun ada juga penjual minuman, taruhan, dan undian bagi penonton, suasan tontonan yang satu ini lebih reflektif daripada bersorak-sorai. Pertandingan catur memang bukan untuk ditonton, melainkan diamati dan dianalis.

Di dalam “ring” kaca itu sendiri suasana hening, penuh konsentrasi. Kasparov, 32 tahun, tampak lebih seperti petinju daripada intelektual kelas berat. Rambutnya yang dipotong cepak bertabur uban, menjual pigura wajah persegi yang keras lugas. Merunduk seperti benteng menghadapi matador, kepalanya nyaris di atas atas papan catur. Ia merenungi langkah demi langkah dengan penuh perhitungan. Bernaung di bawah alis dan keningnya yang menjorok ke depan, matanya yang tajam memancarkan pandangan yang mirip sinar laser yang sekan-akan dapat melelehkan bidak-bidak Anand. Sebaliknya, Anand si penantang, 25 tahun, bertopang dagu dan berkaca mata, tampak seperti akuntan yang lagi kerja keras mempelajari dengan jeli kolom-kolom perhitungan yang rumit.

Kasparov memasuki turnamen sebagai unggulan favorit. Namun demikian lambat laun terbukti ia tidak dapat segera menumbangkan lawannya seperti yang dilakukan terhadap Nigel Short tahun 1993 dulu. Ia danAnand melampaui rekor delapan kali berturut- turut bermain seri. Kedua pemain bermain konservatif sejak awal turnamen mungkin dampak daya pikat satu juta dolar bagi pemenang. “permainan Anand lain daripada biasanya, yang gancar dengan serangan. Kali ini ia sangat hati- hati,” komentar salah satu grand master. Anand mematahkan rangkaian seri pada langkah ke-27, membuat kasparov bertekuk lutut setelah mengorbankan satu benteng untuk satu kuda. KemenanganAnand merupakan perkembangan yang menggairahkan bagi para pendukungnya, yang tadinya mimpi pun tidak. Peringkat unggulan dalam catur selama ini didominasi Negara yang dulu disebut Uni Soviet. Dari dua belas juara dunia, Anand adalah satusatunya yang lahir di luar Blok Timur. Jadi kalah atau menang, bertahan pada babak ke- sembilan merupakan prestasi yang menggetarkan. Di India, unggulnya Anand membangkitkan kembali dunia catur di negeri yang mungkin tempat kelahirannya 2.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini di Madras diadakan pertandingan catur siswa-siswa sekolah yang biasanya pesertanya sekitar dua puluhan, kali ini mencapai 600 siswa.

Bagi Anand, dorongan untuk menang jauh lebih besar daripada Kasparov. Bagi Kasparov, taruhannya hanyalah satu juta dolar, sedang bagi Anand, segala-galanya, termasuk hidupnya. Bagi Kasparov menang kalah tidak menjadi soal, karena ia telah memenangkan sesuatu yang lain. Kemilau dan gemerlap kejuaraan, yang merupakan cerminan kepribadian Kasparov, mendatangkan nilai komersial baginya. Seperti pahlawan sport yang lain, ketenarannya mendatangkan rejeki, label namanya tertempel sebagai merek komputer catur.
25. Di bandingkan denganAnand, penulis menggambarkan Kasparov sebagai orang yang
lebih…

6 / 20

BACAAN 1
Dua unggulan dunia bertanding, dan tidak kalah seru dari pertandingan tinju, event ini diliputi besar-besaran oleh medis elektronik nasional. Bahkan sponsornya, Intel Corp, mengembangkan situs web yang memungkinkan peminat mengamati pertandingan langsung melalui internet. Empat kali seminggu, sekitar dua ratus penonton duduk pada dereran kursi-kursi plastik, di dalam ruang setinggi awan, lantai ke-107 di puncak. Word Trade Center New York . Penonton kadangkadang terpukau penuh perhatian, mengikuti komentator yang fasih, Maurice Ashley, menganalisis langkah mengejutkan yang diambil Anand. Master internasional yang orang Amerika berkulit hitam ini, memandu penonton melewati setiap pertandingan menggunakan insight seorang pecatur ulung dan dengan entusiasme pandangan mata sepakbola. Meskipun ada juga penjual minuman, taruhan, dan undian bagi penonton, suasan tontonan yang satu ini lebih reflektif daripada bersorak-sorai. Pertandingan catur memang bukan untuk ditonton, melainkan diamati dan dianalis.

Di dalam “ring” kaca itu sendiri suasana hening, penuh konsentrasi. Kasparov, 32 tahun, tampak lebih seperti petinju daripada intelektual kelas berat. Rambutnya yang dipotong cepak bertabur uban, menjual pigura wajah persegi yang keras lugas. Merunduk seperti benteng menghadapi matador, kepalanya nyaris di atas atas papan catur. Ia merenungi langkah demi langkah dengan penuh perhitungan. Bernaung di bawah alis dan keningnya yang menjorok ke depan, matanya yang tajam memancarkan pandangan yang mirip sinar laser yang sekan-akan dapat melelehkan bidak-bidak Anand. Sebaliknya, Anand si penantang, 25 tahun, bertopang dagu dan berkaca mata, tampak seperti akuntan yang lagi kerja keras mempelajari dengan jeli kolom-kolom perhitungan yang rumit.

Kasparov memasuki turnamen sebagai unggulan favorit. Namun demikian lambat laun terbukti ia tidak dapat segera menumbangkan lawannya seperti yang dilakukan terhadap Nigel Short tahun 1993 dulu. Ia danAnand melampaui rekor delapan kali berturut- turut bermain seri. Kedua pemain bermain konservatif sejak awal turnamen mungkin dampak daya pikat satu juta dolar bagi pemenang. “permainan Anand lain daripada biasanya, yang gancar dengan serangan. Kali ini ia sangat hati- hati,” komentar salah satu grand master. Anand mematahkan rangkaian seri pada langkah ke-27, membuat kasparov bertekuk lutut setelah mengorbankan satu benteng untuk satu kuda. KemenanganAnand merupakan perkembangan yang menggairahkan bagi para pendukungnya, yang tadinya mimpi pun tidak. Peringkat unggulan dalam catur selama ini didominasi Negara yang dulu disebut Uni Soviet. Dari dua belas juara dunia, Anand adalah satusatunya yang lahir di luar Blok Timur. Jadi kalah atau menang, bertahan pada babak ke- sembilan merupakan prestasi yang menggetarkan. Di India, unggulnya Anand membangkitkan kembali dunia catur di negeri yang mungkin tempat kelahirannya 2.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini di Madras diadakan pertandingan catur siswa-siswa sekolah yang biasanya pesertanya sekitar dua puluhan, kali ini mencapai 600 siswa.

Bagi Anand, dorongan untuk menang jauh lebih besar daripada Kasparov. Bagi Kasparov, taruhannya hanyalah satu juta dolar, sedang bagi Anand, segala-galanya, termasuk hidupnya. Bagi Kasparov menang kalah tidak menjadi soal, karena ia telah memenangkan sesuatu yang lain. Kemilau dan gemerlap kejuaraan, yang merupakan cerminan kepribadian Kasparov, mendatangkan nilai komersial baginya. Seperti pahlawan sport yang lain, ketenarannya mendatangkan rejeki, label namanya tertempel sebagai merek komputer catur.
26. Penulis menggambarkan posisi tubuh Kasparov seakan-akan siap untuk

7 / 20

BACAAN 1
Dua unggulan dunia bertanding, dan tidak kalah seru dari pertandingan tinju, event ini diliputi besar-besaran oleh medis elektronik nasional. Bahkan sponsornya, Intel Corp, mengembangkan situs web yang memungkinkan peminat mengamati pertandingan langsung melalui internet. Empat kali seminggu, sekitar dua ratus penonton duduk pada dereran kursi-kursi plastik, di dalam ruang setinggi awan, lantai ke-107 di puncak. Word Trade Center New York . Penonton kadangkadang terpukau penuh perhatian, mengikuti komentator yang fasih, Maurice Ashley, menganalisis langkah mengejutkan yang diambil Anand. Master internasional yang orang Amerika berkulit hitam ini, memandu penonton melewati setiap pertandingan menggunakan insight seorang pecatur ulung dan dengan entusiasme pandangan mata sepakbola. Meskipun ada juga penjual minuman, taruhan, dan undian bagi penonton, suasan tontonan yang satu ini lebih reflektif daripada bersorak-sorai. Pertandingan catur memang bukan untuk ditonton, melainkan diamati dan dianalis.

Di dalam “ring” kaca itu sendiri suasana hening, penuh konsentrasi. Kasparov, 32 tahun, tampak lebih seperti petinju daripada intelektual kelas berat. Rambutnya yang dipotong cepak bertabur uban, menjual pigura wajah persegi yang keras lugas. Merunduk seperti benteng menghadapi matador, kepalanya nyaris di atas atas papan catur. Ia merenungi langkah demi langkah dengan penuh perhitungan. Bernaung di bawah alis dan keningnya yang menjorok ke depan, matanya yang tajam memancarkan pandangan yang mirip sinar laser yang sekan-akan dapat melelehkan bidak-bidak Anand. Sebaliknya, Anand si penantang, 25 tahun, bertopang dagu dan berkaca mata, tampak seperti akuntan yang lagi kerja keras mempelajari dengan jeli kolom-kolom perhitungan yang rumit.

Kasparov memasuki turnamen sebagai unggulan favorit. Namun demikian lambat laun terbukti ia tidak dapat segera menumbangkan lawannya seperti yang dilakukan terhadap Nigel Short tahun 1993 dulu. Ia danAnand melampaui rekor delapan kali berturut- turut bermain seri. Kedua pemain bermain konservatif sejak awal turnamen mungkin dampak daya pikat satu juta dolar bagi pemenang. “permainan Anand lain daripada biasanya, yang gancar dengan serangan. Kali ini ia sangat hati- hati,” komentar salah satu grand master. Anand mematahkan rangkaian seri pada langkah ke-27, membuat kasparov bertekuk lutut setelah mengorbankan satu benteng untuk satu kuda. KemenanganAnand merupakan perkembangan yang menggairahkan bagi para pendukungnya, yang tadinya mimpi pun tidak. Peringkat unggulan dalam catur selama ini didominasi Negara yang dulu disebut Uni Soviet. Dari dua belas juara dunia, Anand adalah satusatunya yang lahir di luar Blok Timur. Jadi kalah atau menang, bertahan pada babak ke- sembilan merupakan prestasi yang menggetarkan. Di India, unggulnya Anand membangkitkan kembali dunia catur di negeri yang mungkin tempat kelahirannya 2.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini di Madras diadakan pertandingan catur siswa-siswa sekolah yang biasanya pesertanya sekitar dua puluhan, kali ini mencapai 600 siswa.

Bagi Anand, dorongan untuk menang jauh lebih besar daripada Kasparov. Bagi Kasparov, taruhannya hanyalah satu juta dolar, sedang bagi Anand, segala-galanya, termasuk hidupnya. Bagi Kasparov menang kalah tidak menjadi soal, karena ia telah memenangkan sesuatu yang lain. Kemilau dan gemerlap kejuaraan, yang merupakan cerminan kepribadian Kasparov, mendatangkan nilai komersial baginya. Seperti pahlawan sport yang lain, ketenarannya mendatangkan rejeki, label namanya tertempel sebagai merek komputer catur.
27. Penulis menggambarkan penampilan Anand mirip-mirip…

8 / 20

BACAAN 1
Dua unggulan dunia bertanding, dan tidak kalah seru dari pertandingan tinju, event ini diliputi besar-besaran oleh medis elektronik nasional. Bahkan sponsornya, Intel Corp, mengembangkan situs web yang memungkinkan peminat mengamati pertandingan langsung melalui internet. Empat kali seminggu, sekitar dua ratus penonton duduk pada dereran kursi-kursi plastik, di dalam ruang setinggi awan, lantai ke-107 di puncak. Word Trade Center New York . Penonton kadangkadang terpukau penuh perhatian, mengikuti komentator yang fasih, Maurice Ashley, menganalisis langkah mengejutkan yang diambil Anand. Master internasional yang orang Amerika berkulit hitam ini, memandu penonton melewati setiap pertandingan menggunakan insight seorang pecatur ulung dan dengan entusiasme pandangan mata sepakbola. Meskipun ada juga penjual minuman, taruhan, dan undian bagi penonton, suasan tontonan yang satu ini lebih reflektif daripada bersorak-sorai. Pertandingan catur memang bukan untuk ditonton, melainkan diamati dan dianalis.

Di dalam “ring” kaca itu sendiri suasana hening, penuh konsentrasi. Kasparov, 32 tahun, tampak lebih seperti petinju daripada intelektual kelas berat. Rambutnya yang dipotong cepak bertabur uban, menjual pigura wajah persegi yang keras lugas. Merunduk seperti benteng menghadapi matador, kepalanya nyaris di atas atas papan catur. Ia merenungi langkah demi langkah dengan penuh perhitungan. Bernaung di bawah alis dan keningnya yang menjorok ke depan, matanya yang tajam memancarkan pandangan yang mirip sinar laser yang sekan-akan dapat melelehkan bidak-bidak Anand. Sebaliknya, Anand si penantang, 25 tahun, bertopang dagu dan berkaca mata, tampak seperti akuntan yang lagi kerja keras mempelajari dengan jeli kolom-kolom perhitungan yang rumit.

Kasparov memasuki turnamen sebagai unggulan favorit. Namun demikian lambat laun terbukti ia tidak dapat segera menumbangkan lawannya seperti yang dilakukan terhadap Nigel Short tahun 1993 dulu. Ia danAnand melampaui rekor delapan kali berturut- turut bermain seri. Kedua pemain bermain konservatif sejak awal turnamen mungkin dampak daya pikat satu juta dolar bagi pemenang. “permainan Anand lain daripada biasanya, yang gancar dengan serangan. Kali ini ia sangat hati- hati,” komentar salah satu grand master. Anand mematahkan rangkaian seri pada langkah ke-27, membuat kasparov bertekuk lutut setelah mengorbankan satu benteng untuk satu kuda. KemenanganAnand merupakan perkembangan yang menggairahkan bagi para pendukungnya, yang tadinya mimpi pun tidak. Peringkat unggulan dalam catur selama ini didominasi Negara yang dulu disebut Uni Soviet. Dari dua belas juara dunia, Anand adalah satusatunya yang lahir di luar Blok Timur. Jadi kalah atau menang, bertahan pada babak ke- sembilan merupakan prestasi yang menggetarkan. Di India, unggulnya Anand membangkitkan kembali dunia catur di negeri yang mungkin tempat kelahirannya 2.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini di Madras diadakan pertandingan catur siswa-siswa sekolah yang biasanya pesertanya sekitar dua puluhan, kali ini mencapai 600 siswa.

Bagi Anand, dorongan untuk menang jauh lebih besar daripada Kasparov. Bagi Kasparov, taruhannya hanyalah satu juta dolar, sedang bagi Anand, segala-galanya, termasuk hidupnya. Bagi Kasparov menang kalah tidak menjadi soal, karena ia telah memenangkan sesuatu yang lain. Kemilau dan gemerlap kejuaraan, yang merupakan cerminan kepribadian Kasparov, mendatangkan nilai komersial baginya. Seperti pahlawan sport yang lain, ketenarannya mendatangkan rejeki, label namanya tertempel sebagai merek komputer catur.
28. Bila pandangan mata sepak bola penuh sorak pada setiap tendangan goal, komentator
catur digambarkan sebagai…

9 / 20

BACAAN 1
Dua unggulan dunia bertanding, dan tidak kalah seru dari pertandingan tinju, event ini diliputi besar-besaran oleh medis elektronik nasional. Bahkan sponsornya, Intel Corp, mengembangkan situs web yang memungkinkan peminat mengamati pertandingan langsung melalui internet. Empat kali seminggu, sekitar dua ratus penonton duduk pada dereran kursi-kursi plastik, di dalam ruang setinggi awan, lantai ke-107 di puncak. Word Trade Center New York . Penonton kadangkadang terpukau penuh perhatian, mengikuti komentator yang fasih, Maurice Ashley, menganalisis langkah mengejutkan yang diambil Anand. Master internasional yang orang Amerika berkulit hitam ini, memandu penonton melewati setiap pertandingan menggunakan insight seorang pecatur ulung dan dengan entusiasme pandangan mata sepakbola. Meskipun ada juga penjual minuman, taruhan, dan undian bagi penonton, suasan tontonan yang satu ini lebih reflektif daripada bersorak-sorai. Pertandingan catur memang bukan untuk ditonton, melainkan diamati dan dianalis.

Di dalam “ring” kaca itu sendiri suasana hening, penuh konsentrasi. Kasparov, 32 tahun, tampak lebih seperti petinju daripada intelektual kelas berat. Rambutnya yang dipotong cepak bertabur uban, menjual pigura wajah persegi yang keras lugas. Merunduk seperti benteng menghadapi matador, kepalanya nyaris di atas atas papan catur. Ia merenungi langkah demi langkah dengan penuh perhitungan. Bernaung di bawah alis dan keningnya yang menjorok ke depan, matanya yang tajam memancarkan pandangan yang mirip sinar laser yang sekan-akan dapat melelehkan bidak-bidak Anand. Sebaliknya, Anand si penantang, 25 tahun, bertopang dagu dan berkaca mata, tampak seperti akuntan yang lagi kerja keras mempelajari dengan jeli kolom-kolom perhitungan yang rumit.

Kasparov memasuki turnamen sebagai unggulan favorit. Namun demikian lambat laun terbukti ia tidak dapat segera menumbangkan lawannya seperti yang dilakukan terhadap Nigel Short tahun 1993 dulu. Ia danAnand melampaui rekor delapan kali berturut- turut bermain seri. Kedua pemain bermain konservatif sejak awal turnamen mungkin dampak daya pikat satu juta dolar bagi pemenang. “permainan Anand lain daripada biasanya, yang gancar dengan serangan. Kali ini ia sangat hati- hati,” komentar salah satu grand master. Anand mematahkan rangkaian seri pada langkah ke-27, membuat kasparov bertekuk lutut setelah mengorbankan satu benteng untuk satu kuda. KemenanganAnand merupakan perkembangan yang menggairahkan bagi para pendukungnya, yang tadinya mimpi pun tidak. Peringkat unggulan dalam catur selama ini didominasi Negara yang dulu disebut Uni Soviet. Dari dua belas juara dunia, Anand adalah satusatunya yang lahir di luar Blok Timur. Jadi kalah atau menang, bertahan pada babak ke- sembilan merupakan prestasi yang menggetarkan. Di India, unggulnya Anand membangkitkan kembali dunia catur di negeri yang mungkin tempat kelahirannya 2.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini di Madras diadakan pertandingan catur siswa-siswa sekolah yang biasanya pesertanya sekitar dua puluhan, kali ini mencapai 600 siswa.

Bagi Anand, dorongan untuk menang jauh lebih besar daripada Kasparov. Bagi Kasparov, taruhannya hanyalah satu juta dolar, sedang bagi Anand, segala-galanya, termasuk hidupnya. Bagi Kasparov menang kalah tidak menjadi soal, karena ia telah memenangkan sesuatu yang lain. Kemilau dan gemerlap kejuaraan, yang merupakan cerminan kepribadian Kasparov, mendatangkan nilai komersial baginya. Seperti pahlawan sport yang lain, ketenarannya mendatangkan rejeki, label namanya tertempel sebagai merek komputer catur.
29. Mengapa prestasi Anand tetap dibanggakan seandainya pada akhirnya ia pun kalah?

10 / 20

BACAAN 1
Dua unggulan dunia bertanding, dan tidak kalah seru dari pertandingan tinju, event ini diliputi besar-besaran oleh medis elektronik nasional. Bahkan sponsornya, Intel Corp, mengembangkan situs web yang memungkinkan peminat mengamati pertandingan langsung melalui internet. Empat kali seminggu, sekitar dua ratus penonton duduk pada dereran kursi-kursi plastik, di dalam ruang setinggi awan, lantai ke-107 di puncak. Word Trade Center New York . Penonton kadangkadang terpukau penuh perhatian, mengikuti komentator yang fasih, Maurice Ashley, menganalisis langkah mengejutkan yang diambil Anand. Master internasional yang orang Amerika berkulit hitam ini, memandu penonton melewati setiap pertandingan menggunakan insight seorang pecatur ulung dan dengan entusiasme pandangan mata sepakbola. Meskipun ada juga penjual minuman, taruhan, dan undian bagi penonton, suasan tontonan yang satu ini lebih reflektif daripada bersorak-sorai. Pertandingan catur memang bukan untuk ditonton, melainkan diamati dan dianalis.

Di dalam “ring” kaca itu sendiri suasana hening, penuh konsentrasi. Kasparov, 32 tahun, tampak lebih seperti petinju daripada intelektual kelas berat. Rambutnya yang dipotong cepak bertabur uban, menjual pigura wajah persegi yang keras lugas. Merunduk seperti benteng menghadapi matador, kepalanya nyaris di atas atas papan catur. Ia merenungi langkah demi langkah dengan penuh perhitungan. Bernaung di bawah alis dan keningnya yang menjorok ke depan, matanya yang tajam memancarkan pandangan yang mirip sinar laser yang sekan-akan dapat melelehkan bidak-bidak Anand. Sebaliknya, Anand si penantang, 25 tahun, bertopang dagu dan berkaca mata, tampak seperti akuntan yang lagi kerja keras mempelajari dengan jeli kolom-kolom perhitungan yang rumit.

Kasparov memasuki turnamen sebagai unggulan favorit. Namun demikian lambat laun terbukti ia tidak dapat segera menumbangkan lawannya seperti yang dilakukan terhadap Nigel Short tahun 1993 dulu. Ia danAnand melampaui rekor delapan kali berturut- turut bermain seri. Kedua pemain bermain konservatif sejak awal turnamen mungkin dampak daya pikat satu juta dolar bagi pemenang. “permainan Anand lain daripada biasanya, yang gancar dengan serangan. Kali ini ia sangat hati- hati,” komentar salah satu grand master. Anand mematahkan rangkaian seri pada langkah ke-27, membuat kasparov bertekuk lutut setelah mengorbankan satu benteng untuk satu kuda. KemenanganAnand merupakan perkembangan yang menggairahkan bagi para pendukungnya, yang tadinya mimpi pun tidak. Peringkat unggulan dalam catur selama ini didominasi Negara yang dulu disebut Uni Soviet. Dari dua belas juara dunia, Anand adalah satusatunya yang lahir di luar Blok Timur. Jadi kalah atau menang, bertahan pada babak ke- sembilan merupakan prestasi yang menggetarkan. Di India, unggulnya Anand membangkitkan kembali dunia catur di negeri yang mungkin tempat kelahirannya 2.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini di Madras diadakan pertandingan catur siswa-siswa sekolah yang biasanya pesertanya sekitar dua puluhan, kali ini mencapai 600 siswa.

Bagi Anand, dorongan untuk menang jauh lebih besar daripada Kasparov. Bagi Kasparov, taruhannya hanyalah satu juta dolar, sedang bagi Anand, segala-galanya, termasuk hidupnya. Bagi Kasparov menang kalah tidak menjadi soal, karena ia telah memenangkan sesuatu yang lain. Kemilau dan gemerlap kejuaraan, yang merupakan cerminan kepribadian Kasparov, mendatangkan nilai komersial baginya. Seperti pahlawan sport yang lain, ketenarannya mendatangkan rejeki, label namanya tertempel sebagai merek komputer catur.
30. Hadiah terbesar karparov dalam turnamen dunia meski dikalahkan Anand adalah dalam
bentuk…

11 / 20

OrangAmerika Serikat dikenal sebagai embahnya demokrasi. OrangAmerika sendiri dengan bangga dan arogan menyebut dirinya garda depan demokrasi. Orang nyaris bebas berbuat apa saja, termasuk berbuat tak demokrasi, asal prosesnya memenuhi syarat demokrasi.

Pernah terjadi di suatu kota kecil Layton, CA, yang sebagian besar penduduknya pengusaha bidang perkayuan, seorang anak bertanya pada bapaknya, “papa sudah tidak saying lagi pada pohon dan tanaman, ya?” Cetusan rasa ingin tahu, yang terbina lewat membaca buku ini, tiba-tiba menjadi pertanyaan eksistensial dan dilemma moral bagi sang ayah. Risau karena terganggu kesadaran moralnya, sang ayah menyelidik, buku apa gerangan yang dibaca anaknya. Ditemukannya buku bacaan anak SD berjudul Lorax, karena Dr seuss, yang berkisah mengenai perjuangan Lorax menyuarakan pembelaan bagi pohon Trufu, karena pohon “tidak memiliki lidah”. Tanpa kenal lelah Lorax berjuang melawan keluarga Onceler yang menebangi habis-habisan pohon Trufu untuk dijadikan baju Hineed, hingga hutan menjadi gersang. Suatu kisah moralitas lingkungan yang tentu saja melecehkan profesi orang-orang Layton.

Melalui proses demokratis dengan suara terbanyak mereka menyetujui agar buku Dr. Seuss dilarang beredar. Demokrasi menunjang non demokrasi pun berhasil. Dewan sekolah setempat berjanji memasukan buku Dr. Seuss yang sudah 18 tahun membawa pesan lingkungan itu ke dalam lemari dan dikunci rapat. Hilanglah pesan lingkungan , tetapi ada kerugian lebih besar terbaca dalam peristiwa ini, yaitu kenyataan bahwa orang sering tak mampu menghadapi tantangan dan pertanyaan atas nilai-nilai dan prilaku mereka. Yang terjadi di Indonesia pun kurang lebih sama: anak-anak kita dating membawa pertanyaan, dan kita menghadapi konflik, bangga karena mereka kritis, tetapi risau karena pertanyaan mereka telak. Pantaskah kita membela diri dengan menunjuk bahwa demokrasi kita lebih afdol karena musyawarah untuk mufakat? Tetapi kalau kita bicara fakta, kita harus mengakui kita masih memarkir hasrat demokrasi kita. Anak membaca mengenai bvahaya rokok, dia menuntut mengapa ayah merokok? Ketika melihat tayangan TV, jangan berang kalau mereka menyeletuk, apakah Bapak juga terlibat kolusi, korupsi dan nepotisme? Memang begitu lah, seperti kita dulu, belajar memahami hidup. Yang pasti, impuls pertama kita, seperti juga orangtua di mana pun, persis reaksi Onceler terhadap Lorax: “Tutup mulutmu!”. Dorongan yang ada di dalam adalah menutup sumber kritik, bukan menjawab pertanyaan, apalagi transparan. Kita sebagai orangtua sering membungkam pertanyaan dengan diskusi moral yang abstrak untuk melindungi diri sendiri, terutama kalau persoalannya menabrak hal-hal yang sangat dekat dengan hidup kita, padahal sebenarnya kita terhenyak dan sering tak mampu memberi jawaban.
31. Permasalahan utama yang ingin disampaikan oleh penulis adalah permasalahan
mengenai…

12 / 20

OrangAmerika Serikat dikenal sebagai embahnya demokrasi. OrangAmerika sendiri dengan bangga dan arogan menyebut dirinya garda depan demokrasi. Orang nyaris bebas berbuat apa saja, termasuk berbuat tak demokrasi, asal prosesnya memenuhi syarat demokrasi.

Pernah terjadi di suatu kota kecil Layton, CA, yang sebagian besar penduduknya pengusaha bidang perkayuan, seorang anak bertanya pada bapaknya, “papa sudah tidak saying lagi pada pohon dan tanaman, ya?” Cetusan rasa ingin tahu, yang terbina lewat membaca buku ini, tiba-tiba menjadi pertanyaan eksistensial dan dilemma moral bagi sang ayah. Risau karena terganggu kesadaran moralnya, sang ayah menyelidik, buku apa gerangan yang dibaca anaknya. Ditemukannya buku bacaan anak SD berjudul Lorax, karena Dr seuss, yang berkisah mengenai perjuangan Lorax menyuarakan pembelaan bagi pohon Trufu, karena pohon “tidak memiliki lidah”. Tanpa kenal lelah Lorax berjuang melawan keluarga Onceler yang menebangi habis-habisan pohon Trufu untuk dijadikan baju Hineed, hingga hutan menjadi gersang. Suatu kisah moralitas lingkungan yang tentu saja melecehkan profesi orang-orang Layton.

Melalui proses demokratis dengan suara terbanyak mereka menyetujui agar buku Dr. Seuss dilarang beredar. Demokrasi menunjang non demokrasi pun berhasil. Dewan sekolah setempat berjanji memasukan buku Dr. Seuss yang sudah 18 tahun membawa pesan lingkungan itu ke dalam lemari dan dikunci rapat. Hilanglah pesan lingkungan , tetapi ada kerugian lebih besar terbaca dalam peristiwa ini, yaitu kenyataan bahwa orang sering tak mampu menghadapi tantangan dan pertanyaan atas nilai-nilai dan prilaku mereka. Yang terjadi di Indonesia pun kurang lebih sama: anak-anak kita dating membawa pertanyaan, dan kita menghadapi konflik, bangga karena mereka kritis, tetapi risau karena pertanyaan mereka telak. Pantaskah kita membela diri dengan menunjuk bahwa demokrasi kita lebih afdol karena musyawarah untuk mufakat? Tetapi kalau kita bicara fakta, kita harus mengakui kita masih memarkir hasrat demokrasi kita. Anak membaca mengenai bvahaya rokok, dia menuntut mengapa ayah merokok? Ketika melihat tayangan TV, jangan berang kalau mereka menyeletuk, apakah Bapak juga terlibat kolusi, korupsi dan nepotisme? Memang begitu lah, seperti kita dulu, belajar memahami hidup. Yang pasti, impuls pertama kita, seperti juga orangtua di mana pun, persis reaksi Onceler terhadap Lorax: “Tutup mulutmu!”. Dorongan yang ada di dalam adalah menutup sumber kritik, bukan menjawab pertanyaan, apalagi transparan. Kita sebagai orangtua sering membungkam pertanyaan dengan diskusi moral yang abstrak untuk melindungi diri sendiri, terutama kalau persoalannya menabrak hal-hal yang sangat dekat dengan hidup kita, padahal sebenarnya kita terhenyak dan sering tak mampu memberi jawaban.
32. Layton adalah kota…

13 / 20

OrangAmerika Serikat dikenal sebagai embahnya demokrasi. OrangAmerika sendiri dengan bangga dan arogan menyebut dirinya garda depan demokrasi. Orang nyaris bebas berbuat apa saja, termasuk berbuat tak demokrasi, asal prosesnya memenuhi syarat demokrasi.

Pernah terjadi di suatu kota kecil Layton, CA, yang sebagian besar penduduknya pengusaha bidang perkayuan, seorang anak bertanya pada bapaknya, “papa sudah tidak saying lagi pada pohon dan tanaman, ya?” Cetusan rasa ingin tahu, yang terbina lewat membaca buku ini, tiba-tiba menjadi pertanyaan eksistensial dan dilemma moral bagi sang ayah. Risau karena terganggu kesadaran moralnya, sang ayah menyelidik, buku apa gerangan yang dibaca anaknya. Ditemukannya buku bacaan anak SD berjudul Lorax, karena Dr seuss, yang berkisah mengenai perjuangan Lorax menyuarakan pembelaan bagi pohon Trufu, karena pohon “tidak memiliki lidah”. Tanpa kenal lelah Lorax berjuang melawan keluarga Onceler yang menebangi habis-habisan pohon Trufu untuk dijadikan baju Hineed, hingga hutan menjadi gersang. Suatu kisah moralitas lingkungan yang tentu saja melecehkan profesi orang-orang Layton.

Melalui proses demokratis dengan suara terbanyak mereka menyetujui agar buku Dr. Seuss dilarang beredar. Demokrasi menunjang non demokrasi pun berhasil. Dewan sekolah setempat berjanji memasukan buku Dr. Seuss yang sudah 18 tahun membawa pesan lingkungan itu ke dalam lemari dan dikunci rapat. Hilanglah pesan lingkungan , tetapi ada kerugian lebih besar terbaca dalam peristiwa ini, yaitu kenyataan bahwa orang sering tak mampu menghadapi tantangan dan pertanyaan atas nilai-nilai dan prilaku mereka. Yang terjadi di Indonesia pun kurang lebih sama: anak-anak kita dating membawa pertanyaan, dan kita menghadapi konflik, bangga karena mereka kritis, tetapi risau karena pertanyaan mereka telak. Pantaskah kita membela diri dengan menunjuk bahwa demokrasi kita lebih afdol karena musyawarah untuk mufakat? Tetapi kalau kita bicara fakta, kita harus mengakui kita masih memarkir hasrat demokrasi kita. Anak membaca mengenai bvahaya rokok, dia menuntut mengapa ayah merokok? Ketika melihat tayangan TV, jangan berang kalau mereka menyeletuk, apakah Bapak juga terlibat kolusi, korupsi dan nepotisme? Memang begitu lah, seperti kita dulu, belajar memahami hidup. Yang pasti, impuls pertama kita, seperti juga orangtua di mana pun, persis reaksi Onceler terhadap Lorax: “Tutup mulutmu!”. Dorongan yang ada di dalam adalah menutup sumber kritik, bukan menjawab pertanyaan, apalagi transparan. Kita sebagai orangtua sering membungkam pertanyaan dengan diskusi moral yang abstrak untuk melindungi diri sendiri, terutama kalau persoalannya menabrak hal-hal yang sangat dekat dengan hidup kita, padahal sebenarnya kita terhenyak dan sering tak mampu memberi jawaban.
33. Anak yang kritis sering merisaukan orangtua, sebab mengajukan banyak…

14 / 20

OrangAmerika Serikat dikenal sebagai embahnya demokrasi. OrangAmerika sendiri dengan bangga dan arogan menyebut dirinya garda depan demokrasi. Orang nyaris bebas berbuat apa saja, termasuk berbuat tak demokrasi, asal prosesnya memenuhi syarat demokrasi.

Pernah terjadi di suatu kota kecil Layton, CA, yang sebagian besar penduduknya pengusaha bidang perkayuan, seorang anak bertanya pada bapaknya, “papa sudah tidak saying lagi pada pohon dan tanaman, ya?” Cetusan rasa ingin tahu, yang terbina lewat membaca buku ini, tiba-tiba menjadi pertanyaan eksistensial dan dilemma moral bagi sang ayah. Risau karena terganggu kesadaran moralnya, sang ayah menyelidik, buku apa gerangan yang dibaca anaknya. Ditemukannya buku bacaan anak SD berjudul Lorax, karena Dr seuss, yang berkisah mengenai perjuangan Lorax menyuarakan pembelaan bagi pohon Trufu, karena pohon “tidak memiliki lidah”. Tanpa kenal lelah Lorax berjuang melawan keluarga Onceler yang menebangi habis-habisan pohon Trufu untuk dijadikan baju Hineed, hingga hutan menjadi gersang. Suatu kisah moralitas lingkungan yang tentu saja melecehkan profesi orang-orang Layton.

Melalui proses demokratis dengan suara terbanyak mereka menyetujui agar buku Dr. Seuss dilarang beredar. Demokrasi menunjang non demokrasi pun berhasil. Dewan sekolah setempat berjanji memasukan buku Dr. Seuss yang sudah 18 tahun membawa pesan lingkungan itu ke dalam lemari dan dikunci rapat. Hilanglah pesan lingkungan , tetapi ada kerugian lebih besar terbaca dalam peristiwa ini, yaitu kenyataan bahwa orang sering tak mampu menghadapi tantangan dan pertanyaan atas nilai-nilai dan prilaku mereka. Yang terjadi di Indonesia pun kurang lebih sama: anak-anak kita dating membawa pertanyaan, dan kita menghadapi konflik, bangga karena mereka kritis, tetapi risau karena pertanyaan mereka telak. Pantaskah kita membela diri dengan menunjuk bahwa demokrasi kita lebih afdol karena musyawarah untuk mufakat? Tetapi kalau kita bicara fakta, kita harus mengakui kita masih memarkir hasrat demokrasi kita. Anak membaca mengenai bvahaya rokok, dia menuntut mengapa ayah merokok? Ketika melihat tayangan TV, jangan berang kalau mereka menyeletuk, apakah Bapak juga terlibat kolusi, korupsi dan nepotisme? Memang begitu lah, seperti kita dulu, belajar memahami hidup. Yang pasti, impuls pertama kita, seperti juga orangtua di mana pun, persis reaksi Onceler terhadap Lorax: “Tutup mulutmu!”. Dorongan yang ada di dalam adalah menutup sumber kritik, bukan menjawab pertanyaan, apalagi transparan. Kita sebagai orangtua sering membungkam pertanyaan dengan diskusi moral yang abstrak untuk melindungi diri sendiri, terutama kalau persoalannya menabrak hal-hal yang sangat dekat dengan hidup kita, padahal sebenarnya kita terhenyak dan sering tak mampu memberi jawaban.
34. Secara demokratis penduduk Layton melarang peredaran buku Dr. Seuss karena
mereka terancam kelestarian…

15 / 20

OrangAmerika Serikat dikenal sebagai embahnya demokrasi. OrangAmerika sendiri dengan bangga dan arogan menyebut dirinya garda depan demokrasi. Orang nyaris bebas berbuat apa saja, termasuk berbuat tak demokrasi, asal prosesnya memenuhi syarat demokrasi.

Pernah terjadi di suatu kota kecil Layton, CA, yang sebagian besar penduduknya pengusaha bidang perkayuan, seorang anak bertanya pada bapaknya, “papa sudah tidak saying lagi pada pohon dan tanaman, ya?” Cetusan rasa ingin tahu, yang terbina lewat membaca buku ini, tiba-tiba menjadi pertanyaan eksistensial dan dilemma moral bagi sang ayah. Risau karena terganggu kesadaran moralnya, sang ayah menyelidik, buku apa gerangan yang dibaca anaknya. Ditemukannya buku bacaan anak SD berjudul Lorax, karena Dr seuss, yang berkisah mengenai perjuangan Lorax menyuarakan pembelaan bagi pohon Trufu, karena pohon “tidak memiliki lidah”. Tanpa kenal lelah Lorax berjuang melawan keluarga Onceler yang menebangi habis-habisan pohon Trufu untuk dijadikan baju Hineed, hingga hutan menjadi gersang. Suatu kisah moralitas lingkungan yang tentu saja melecehkan profesi orang-orang Layton.

Melalui proses demokratis dengan suara terbanyak mereka menyetujui agar buku Dr. Seuss dilarang beredar. Demokrasi menunjang non demokrasi pun berhasil. Dewan sekolah setempat berjanji memasukan buku Dr. Seuss yang sudah 18 tahun membawa pesan lingkungan itu ke dalam lemari dan dikunci rapat. Hilanglah pesan lingkungan , tetapi ada kerugian lebih besar terbaca dalam peristiwa ini, yaitu kenyataan bahwa orang sering tak mampu menghadapi tantangan dan pertanyaan atas nilai-nilai dan prilaku mereka. Yang terjadi di Indonesia pun kurang lebih sama: anak-anak kita dating membawa pertanyaan, dan kita menghadapi konflik, bangga karena mereka kritis, tetapi risau karena pertanyaan mereka telak. Pantaskah kita membela diri dengan menunjuk bahwa demokrasi kita lebih afdol karena musyawarah untuk mufakat? Tetapi kalau kita bicara fakta, kita harus mengakui kita masih memarkir hasrat demokrasi kita. Anak membaca mengenai bvahaya rokok, dia menuntut mengapa ayah merokok? Ketika melihat tayangan TV, jangan berang kalau mereka menyeletuk, apakah Bapak juga terlibat kolusi, korupsi dan nepotisme? Memang begitu lah, seperti kita dulu, belajar memahami hidup. Yang pasti, impuls pertama kita, seperti juga orangtua di mana pun, persis reaksi Onceler terhadap Lorax: “Tutup mulutmu!”. Dorongan yang ada di dalam adalah menutup sumber kritik, bukan menjawab pertanyaan, apalagi transparan. Kita sebagai orangtua sering membungkam pertanyaan dengan diskusi moral yang abstrak untuk melindungi diri sendiri, terutama kalau persoalannya menabrak hal-hal yang sangat dekat dengan hidup kita, padahal sebenarnya kita terhenyak dan sering tak mampu memberi jawaban.
35. Produk Layton merasa terhina sebab mereka menyadari dianggap penyebab…

16 / 20

OrangAmerika Serikat dikenal sebagai embahnya demokrasi. OrangAmerika sendiri dengan bangga dan arogan menyebut dirinya garda depan demokrasi. Orang nyaris bebas berbuat apa saja, termasuk berbuat tak demokrasi, asal prosesnya memenuhi syarat demokrasi.

Pernah terjadi di suatu kota kecil Layton, CA, yang sebagian besar penduduknya pengusaha bidang perkayuan, seorang anak bertanya pada bapaknya, “papa sudah tidak saying lagi pada pohon dan tanaman, ya?” Cetusan rasa ingin tahu, yang terbina lewat membaca buku ini, tiba-tiba menjadi pertanyaan eksistensial dan dilemma moral bagi sang ayah. Risau karena terganggu kesadaran moralnya, sang ayah menyelidik, buku apa gerangan yang dibaca anaknya. Ditemukannya buku bacaan anak SD berjudul Lorax, karena Dr seuss, yang berkisah mengenai perjuangan Lorax menyuarakan pembelaan bagi pohon Trufu, karena pohon “tidak memiliki lidah”. Tanpa kenal lelah Lorax berjuang melawan keluarga Onceler yang menebangi habis-habisan pohon Trufu untuk dijadikan baju Hineed, hingga hutan menjadi gersang. Suatu kisah moralitas lingkungan yang tentu saja melecehkan profesi orang-orang Layton.

Melalui proses demokratis dengan suara terbanyak mereka menyetujui agar buku Dr. Seuss dilarang beredar. Demokrasi menunjang non demokrasi pun berhasil. Dewan sekolah setempat berjanji memasukan buku Dr. Seuss yang sudah 18 tahun membawa pesan lingkungan itu ke dalam lemari dan dikunci rapat. Hilanglah pesan lingkungan , tetapi ada kerugian lebih besar terbaca dalam peristiwa ini, yaitu kenyataan bahwa orang sering tak mampu menghadapi tantangan dan pertanyaan atas nilai-nilai dan prilaku mereka. Yang terjadi di Indonesia pun kurang lebih sama: anak-anak kita dating membawa pertanyaan, dan kita menghadapi konflik, bangga karena mereka kritis, tetapi risau karena pertanyaan mereka telak. Pantaskah kita membela diri dengan menunjuk bahwa demokrasi kita lebih afdol karena musyawarah untuk mufakat? Tetapi kalau kita bicara fakta, kita harus mengakui kita masih memarkir hasrat demokrasi kita. Anak membaca mengenai bvahaya rokok, dia menuntut mengapa ayah merokok? Ketika melihat tayangan TV, jangan berang kalau mereka menyeletuk, apakah Bapak juga terlibat kolusi, korupsi dan nepotisme? Memang begitu lah, seperti kita dulu, belajar memahami hidup. Yang pasti, impuls pertama kita, seperti juga orangtua di mana pun, persis reaksi Onceler terhadap Lorax: “Tutup mulutmu!”. Dorongan yang ada di dalam adalah menutup sumber kritik, bukan menjawab pertanyaan, apalagi transparan. Kita sebagai orangtua sering membungkam pertanyaan dengan diskusi moral yang abstrak untuk melindungi diri sendiri, terutama kalau persoalannya menabrak hal-hal yang sangat dekat dengan hidup kita, padahal sebenarnya kita terhenyak dan sering tak mampu memberi jawaban.
36. Reaksi orangtua Indonesia terhadap pertanyaan anak, menurut penulis, cenderung

17 / 20

OrangAmerika Serikat dikenal sebagai embahnya demokrasi. OrangAmerika sendiri dengan bangga dan arogan menyebut dirinya garda depan demokrasi. Orang nyaris bebas berbuat apa saja, termasuk berbuat tak demokrasi, asal prosesnya memenuhi syarat demokrasi.

Pernah terjadi di suatu kota kecil Layton, CA, yang sebagian besar penduduknya pengusaha bidang perkayuan, seorang anak bertanya pada bapaknya, “papa sudah tidak saying lagi pada pohon dan tanaman, ya?” Cetusan rasa ingin tahu, yang terbina lewat membaca buku ini, tiba-tiba menjadi pertanyaan eksistensial dan dilemma moral bagi sang ayah. Risau karena terganggu kesadaran moralnya, sang ayah menyelidik, buku apa gerangan yang dibaca anaknya. Ditemukannya buku bacaan anak SD berjudul Lorax, karena Dr seuss, yang berkisah mengenai perjuangan Lorax menyuarakan pembelaan bagi pohon Trufu, karena pohon “tidak memiliki lidah”. Tanpa kenal lelah Lorax berjuang melawan keluarga Onceler yang menebangi habis-habisan pohon Trufu untuk dijadikan baju Hineed, hingga hutan menjadi gersang. Suatu kisah moralitas lingkungan yang tentu saja melecehkan profesi orang-orang Layton.

Melalui proses demokratis dengan suara terbanyak mereka menyetujui agar buku Dr. Seuss dilarang beredar. Demokrasi menunjang non demokrasi pun berhasil. Dewan sekolah setempat berjanji memasukan buku Dr. Seuss yang sudah 18 tahun membawa pesan lingkungan itu ke dalam lemari dan dikunci rapat. Hilanglah pesan lingkungan , tetapi ada kerugian lebih besar terbaca dalam peristiwa ini, yaitu kenyataan bahwa orang sering tak mampu menghadapi tantangan dan pertanyaan atas nilai-nilai dan prilaku mereka. Yang terjadi di Indonesia pun kurang lebih sama: anak-anak kita dating membawa pertanyaan, dan kita menghadapi konflik, bangga karena mereka kritis, tetapi risau karena pertanyaan mereka telak. Pantaskah kita membela diri dengan menunjuk bahwa demokrasi kita lebih afdol karena musyawarah untuk mufakat? Tetapi kalau kita bicara fakta, kita harus mengakui kita masih memarkir hasrat demokrasi kita. Anak membaca mengenai bvahaya rokok, dia menuntut mengapa ayah merokok? Ketika melihat tayangan TV, jangan berang kalau mereka menyeletuk, apakah Bapak juga terlibat kolusi, korupsi dan nepotisme? Memang begitu lah, seperti kita dulu, belajar memahami hidup. Yang pasti, impuls pertama kita, seperti juga orangtua di mana pun, persis reaksi Onceler terhadap Lorax: “Tutup mulutmu!”. Dorongan yang ada di dalam adalah menutup sumber kritik, bukan menjawab pertanyaan, apalagi transparan. Kita sebagai orangtua sering membungkam pertanyaan dengan diskusi moral yang abstrak untuk melindungi diri sendiri, terutama kalau persoalannya menabrak hal-hal yang sangat dekat dengan hidup kita, padahal sebenarnya kita terhenyak dan sering tak mampu memberi jawaban.
37. Menurut penulis, proses demokrasi di kalangan keluarga Indonesia dalam faktanya…

18 / 20

OrangAmerika Serikat dikenal sebagai embahnya demokrasi. OrangAmerika sendiri dengan bangga dan arogan menyebut dirinya garda depan demokrasi. Orang nyaris bebas berbuat apa saja, termasuk berbuat tak demokrasi, asal prosesnya memenuhi syarat demokrasi.

Pernah terjadi di suatu kota kecil Layton, CA, yang sebagian besar penduduknya pengusaha bidang perkayuan, seorang anak bertanya pada bapaknya, “papa sudah tidak saying lagi pada pohon dan tanaman, ya?” Cetusan rasa ingin tahu, yang terbina lewat membaca buku ini, tiba-tiba menjadi pertanyaan eksistensial dan dilemma moral bagi sang ayah. Risau karena terganggu kesadaran moralnya, sang ayah menyelidik, buku apa gerangan yang dibaca anaknya. Ditemukannya buku bacaan anak SD berjudul Lorax, karena Dr seuss, yang berkisah mengenai perjuangan Lorax menyuarakan pembelaan bagi pohon Trufu, karena pohon “tidak memiliki lidah”. Tanpa kenal lelah Lorax berjuang melawan keluarga Onceler yang menebangi habis-habisan pohon Trufu untuk dijadikan baju Hineed, hingga hutan menjadi gersang. Suatu kisah moralitas lingkungan yang tentu saja melecehkan profesi orang-orang Layton.

Melalui proses demokratis dengan suara terbanyak mereka menyetujui agar buku Dr. Seuss dilarang beredar. Demokrasi menunjang non demokrasi pun berhasil. Dewan sekolah setempat berjanji memasukan buku Dr. Seuss yang sudah 18 tahun membawa pesan lingkungan itu ke dalam lemari dan dikunci rapat. Hilanglah pesan lingkungan , tetapi ada kerugian lebih besar terbaca dalam peristiwa ini, yaitu kenyataan bahwa orang sering tak mampu menghadapi tantangan dan pertanyaan atas nilai-nilai dan prilaku mereka. Yang terjadi di Indonesia pun kurang lebih sama: anak-anak kita dating membawa pertanyaan, dan kita menghadapi konflik, bangga karena mereka kritis, tetapi risau karena pertanyaan mereka telak. Pantaskah kita membela diri dengan menunjuk bahwa demokrasi kita lebih afdol karena musyawarah untuk mufakat? Tetapi kalau kita bicara fakta, kita harus mengakui kita masih memarkir hasrat demokrasi kita. Anak membaca mengenai bvahaya rokok, dia menuntut mengapa ayah merokok? Ketika melihat tayangan TV, jangan berang kalau mereka menyeletuk, apakah Bapak juga terlibat kolusi, korupsi dan nepotisme? Memang begitu lah, seperti kita dulu, belajar memahami hidup. Yang pasti, impuls pertama kita, seperti juga orangtua di mana pun, persis reaksi Onceler terhadap Lorax: “Tutup mulutmu!”. Dorongan yang ada di dalam adalah menutup sumber kritik, bukan menjawab pertanyaan, apalagi transparan. Kita sebagai orangtua sering membungkam pertanyaan dengan diskusi moral yang abstrak untuk melindungi diri sendiri, terutama kalau persoalannya menabrak hal-hal yang sangat dekat dengan hidup kita, padahal sebenarnya kita terhenyak dan sering tak mampu memberi jawaban.
38. Proses demokrasi untuk mendukung kegiatan non-demokratis yang diceritakan tersebut
dilakukan dengan menghimpun…

19 / 20

OrangAmerika Serikat dikenal sebagai embahnya demokrasi. OrangAmerika sendiri dengan bangga dan arogan menyebut dirinya garda depan demokrasi. Orang nyaris bebas berbuat apa saja, termasuk berbuat tak demokrasi, asal prosesnya memenuhi syarat demokrasi.

Pernah terjadi di suatu kota kecil Layton, CA, yang sebagian besar penduduknya pengusaha bidang perkayuan, seorang anak bertanya pada bapaknya, “papa sudah tidak saying lagi pada pohon dan tanaman, ya?” Cetusan rasa ingin tahu, yang terbina lewat membaca buku ini, tiba-tiba menjadi pertanyaan eksistensial dan dilemma moral bagi sang ayah. Risau karena terganggu kesadaran moralnya, sang ayah menyelidik, buku apa gerangan yang dibaca anaknya. Ditemukannya buku bacaan anak SD berjudul Lorax, karena Dr seuss, yang berkisah mengenai perjuangan Lorax menyuarakan pembelaan bagi pohon Trufu, karena pohon “tidak memiliki lidah”. Tanpa kenal lelah Lorax berjuang melawan keluarga Onceler yang menebangi habis-habisan pohon Trufu untuk dijadikan baju Hineed, hingga hutan menjadi gersang. Suatu kisah moralitas lingkungan yang tentu saja melecehkan profesi orang-orang Layton.

Melalui proses demokratis dengan suara terbanyak mereka menyetujui agar buku Dr. Seuss dilarang beredar. Demokrasi menunjang non demokrasi pun berhasil. Dewan sekolah setempat berjanji memasukan buku Dr. Seuss yang sudah 18 tahun membawa pesan lingkungan itu ke dalam lemari dan dikunci rapat. Hilanglah pesan lingkungan , tetapi ada kerugian lebih besar terbaca dalam peristiwa ini, yaitu kenyataan bahwa orang sering tak mampu menghadapi tantangan dan pertanyaan atas nilai-nilai dan prilaku mereka. Yang terjadi di Indonesia pun kurang lebih sama: anak-anak kita dating membawa pertanyaan, dan kita menghadapi konflik, bangga karena mereka kritis, tetapi risau karena pertanyaan mereka telak. Pantaskah kita membela diri dengan menunjuk bahwa demokrasi kita lebih afdol karena musyawarah untuk mufakat? Tetapi kalau kita bicara fakta, kita harus mengakui kita masih memarkir hasrat demokrasi kita. Anak membaca mengenai bvahaya rokok, dia menuntut mengapa ayah merokok? Ketika melihat tayangan TV, jangan berang kalau mereka menyeletuk, apakah Bapak juga terlibat kolusi, korupsi dan nepotisme? Memang begitu lah, seperti kita dulu, belajar memahami hidup. Yang pasti, impuls pertama kita, seperti juga orangtua di mana pun, persis reaksi Onceler terhadap Lorax: “Tutup mulutmu!”. Dorongan yang ada di dalam adalah menutup sumber kritik, bukan menjawab pertanyaan, apalagi transparan. Kita sebagai orangtua sering membungkam pertanyaan dengan diskusi moral yang abstrak untuk melindungi diri sendiri, terutama kalau persoalannya menabrak hal-hal yang sangat dekat dengan hidup kita, padahal sebenarnya kita terhenyak dan sering tak mampu memberi jawaban.
39. Lorax karangan Dr. Seuss inti topik permasalahannya adalah memperjuangkan…

20 / 20

OrangAmerika Serikat dikenal sebagai embahnya demokrasi. OrangAmerika sendiri dengan bangga dan arogan menyebut dirinya garda depan demokrasi. Orang nyaris bebas berbuat apa saja, termasuk berbuat tak demokrasi, asal prosesnya memenuhi syarat demokrasi.

Pernah terjadi di suatu kota kecil Layton, CA, yang sebagian besar penduduknya pengusaha bidang perkayuan, seorang anak bertanya pada bapaknya, “papa sudah tidak saying lagi pada pohon dan tanaman, ya?” Cetusan rasa ingin tahu, yang terbina lewat membaca buku ini, tiba-tiba menjadi pertanyaan eksistensial dan dilemma moral bagi sang ayah. Risau karena terganggu kesadaran moralnya, sang ayah menyelidik, buku apa gerangan yang dibaca anaknya. Ditemukannya buku bacaan anak SD berjudul Lorax, karena Dr seuss, yang berkisah mengenai perjuangan Lorax menyuarakan pembelaan bagi pohon Trufu, karena pohon “tidak memiliki lidah”. Tanpa kenal lelah Lorax berjuang melawan keluarga Onceler yang menebangi habis-habisan pohon Trufu untuk dijadikan baju Hineed, hingga hutan menjadi gersang. Suatu kisah moralitas lingkungan yang tentu saja melecehkan profesi orang-orang Layton.

Melalui proses demokratis dengan suara terbanyak mereka menyetujui agar buku Dr. Seuss dilarang beredar. Demokrasi menunjang non demokrasi pun berhasil. Dewan sekolah setempat berjanji memasukan buku Dr. Seuss yang sudah 18 tahun membawa pesan lingkungan itu ke dalam lemari dan dikunci rapat. Hilanglah pesan lingkungan , tetapi ada kerugian lebih besar terbaca dalam peristiwa ini, yaitu kenyataan bahwa orang sering tak mampu menghadapi tantangan dan pertanyaan atas nilai-nilai dan prilaku mereka. Yang terjadi di Indonesia pun kurang lebih sama: anak-anak kita dating membawa pertanyaan, dan kita menghadapi konflik, bangga karena mereka kritis, tetapi risau karena pertanyaan mereka telak. Pantaskah kita membela diri dengan menunjuk bahwa demokrasi kita lebih afdol karena musyawarah untuk mufakat? Tetapi kalau kita bicara fakta, kita harus mengakui kita masih memarkir hasrat demokrasi kita. Anak membaca mengenai bvahaya rokok, dia menuntut mengapa ayah merokok? Ketika melihat tayangan TV, jangan berang kalau mereka menyeletuk, apakah Bapak juga terlibat kolusi, korupsi dan nepotisme? Memang begitu lah, seperti kita dulu, belajar memahami hidup. Yang pasti, impuls pertama kita, seperti juga orangtua di mana pun, persis reaksi Onceler terhadap Lorax: “Tutup mulutmu!”. Dorongan yang ada di dalam adalah menutup sumber kritik, bukan menjawab pertanyaan, apalagi transparan. Kita sebagai orangtua sering membungkam pertanyaan dengan diskusi moral yang abstrak untuk melindungi diri sendiri, terutama kalau persoalannya menabrak hal-hal yang sangat dekat dengan hidup kita, padahal sebenarnya kita terhenyak dan sering tak mampu memberi jawaban.
40. Pertanyaan anak kepada ayahnya menjadi pertanyaan eksistensial sebab
mempertanyakan masalah…

Your score is

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *