Sekolah waldorf memang menarik perhatian karena ketika yang lain berlomba– lomba memasukkan perangkat digital ke ruang kelas mereka. Woldorf justru menampiknya. Padahal salah satu lokasi Sekolah Waldrof yang mendidik anak– anak usia dini sampai kelas lima ada di Los Altos California yang notabene adalah lembah Silikon di AS. Murid– murid sekolah ini pun bukan sembarangan. Beberapa dari mereka adalah anak– anak petinggi yang bekerja di perusahaan gawai atau portal internet. Seperti Goole, Apple, E-Bay, yahoo!, dan Hewlett-packard.
“Saya secara mendasar menolak gagasan bahwa kita membutuhkan bantuan teknologi digital di sekolah dasar.” Kata Alan Eagle, Executive Communication Google. Atas pertimbangan itu Eagle menyekolahkan putrinya di Waldorf School yang berlandasan pada filosopi pendidikan “Memanusiakan manusia”.
Kelas-kelas di sekolah Waldorf didesain seperti kelas klasik untuk menyesuaikan dengan kesan tanpa sentuhan digital, dengan dinding terbuat dari kayu. Untuk berinteraksi antara guru dan murid disediakan papan tulis dan kapurnya. Buku-buku elektronik jelas tidak ada, sebagai gantinya adalah buku ensiklopedia. Murid– murid pun mencatat di buku tulis biasa menggunakan pensil.
Para murid secara rutin belajar dan bermain di tanah lapang atau lahan bercocok tanam milik sekolah sambil berbecek– becek dan bermain kapur. Aktivitas yang bisa jadi hanya dilakukan di sekolah– sekolah biasa sekali setahun ketika melakukan karyawisata atau diajak keluarga.
Bahkan pelajaran prakarya masih diajarkan di sekolah ini, seperti yang dilakukan oleh Andie, Putri Eagle tadi. Ia terlihat asyik membuat kaos kaki. Merajut menurut salah seorang guru di waldorf seperti dikutip dari The New York Times, mampu membantu anak-anak belajar memahami pola dan matematika menggunakan jarum dan benang dapat mengasah kemampuan murid-murid memecahkan masalah dan belajar koordinasi.
Anak-anak pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar, selalu memandang dengan kacamata optimistis, ulet kreatif, penuh cinta kasih, berdaya cipta, dan mudah beradaptasi. Para pendidik di Waldorf sadar bahwa peran sekolah adalah untuk memelihara dan mengembangkan kualitas-kualitas tersebut sehingga anak-anak itu dapat tumbuh sesuai dengan kapasitasnya pada masa depan.
Pendidikan modern disisi lain hanya berfokus pada akademik saja dan melupakan sifat-sifat penting yang membentuk tumbuh kembang anak. Misalnya saja perkembangan perasaan anak positif (emosi, estetika, dan kemampuan bersosialisasi) keinginan positif (percaya diri, dan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik), dan kekuatan nilai dalam dari yang dapat melihat benar dan salah. (Majalah intisari Edisi Maret 2015, sesuai keperluannya)
1. Istilah PRAKARYA pada bacaan diatas sama artinya dengan …