Soal nomor 29 – 32 bacalah wacana berikut !
Meletusnya “revolusi” dengan satu tujuan
pergantian kekuasaan di seluruh Timur Tengah
belakangan ini menjadi pertanda akan tercapainya
final dari sebuah proyek globalisasi. Tentu saja
bersama anak‐anak kebudayaan dan sistem‐sistem
kemasyarakatan yang mengikutinya.
Sudah diketahui bersama bahwa kondisi final yang
hendak dicapai oleh globalisasi sekurang‐kurangnya
sebuah pemerataan, dalam kata lain standarisasi,
ukuran‐ukuran hidup yang pragmatis, dan kebudayaan
populer. Hal ini dicapai melalui, antara lain, peng
gunaan cara berpikir yang sama; rasional dalam arti
empirik, materialistik, dan positivistik. Sebuah cara
yang mempunyai banyak fiksi, bahkan kontradiksi,
dengan beberapa pemikiran dari peradaban berbeda,
di Asia dan Afrika misalnya. Cara berpikir yang sama itu
berimplikasi pada penerapan hasil terapannya, seperti
teknologi atau sistem‐sistem yang melingkupinya
dengan berbagai prinsip, norma, dan etika baru,
misalnya dalam penyelenggaraan politik, ekonomi,
kekerabatan, komunikasi sosial, sikap keberagaman,
hubungan etnik, hak asasi manusia dan sains modern.
Pada umumnya, orang memahami hal tersebut
dengan menerima begitu saja beberapa gagasan dan
praktik kemasyarakatan, seperti demokrasi, kapitalis
me (pasar bebas), sistem hukum kontinental, dan
sistem pendidikan yang mengacu pada artes liberals
Eropa abad pertengahan. Yang paling utama dari itu
semua adalah cara atau modus‐modus ‐ sebagaimana
manusia – bereksistensi, dan meneguhkan diri sendiri.
Tentu saja modus itu memiliki akar yang sama dengan
landasan itu, yaitu akal yang ditetapkan sebagai
prosedur fondamental dalam peneguhan diri tersebut.
Sebuah mantra yang dibunyikan cendekiawan segala
bidang, Rene Descartes, “corgito ergo sum, aku
berpikir maka aku ada. Betapapun sudah banyak yang
mencoba mengoreksi mantra klasik itu, hingga saat ini
dunia pemikiran belum berhasil memunculkan mantra
baru yang lebih ampuh. (Radhar Panca Dahana,
Kompas, 11 Maret 2011)
29. Wacana di atas berbicara tentang….